Silicon Valley Bank (SVB) runtuh pada Jumat (10/3) setelah 48 jam bank tersebut bangkrut dan mengalami krisis modal. Salah satu faktor kebangkrutan adalah kenaikan suku bunga agresif The Fed selama setahun terakhir. Keruntuhan SVB memicu kepanikan perusahaan modal ventura utama yang menyarankan perusahaan untuk menarik uang mereka dari bank. Federal Deposit Insurance lembaga peminjaman simpanan di AS, menjadi pihak yang akan melikuidasi aset-aset SVB guna pelunasan utang. Berdasarkan laporan tahunan yang terakhir dirilis, SVB memiliki total aset sebesar US$209 miliar (sekitar Rp3.216 triliun) pada 31 Desember 2022. Regulator menutup bank tersebut setelah beberapa hari kekacauan menyusul pengumuman bahwa bank tersebut perlu mengumpulkan US$2 miliar untuk menutupi utang karena kenaikan suku bunga. Hal ini menyebabkan beberapa perusahaan modal ventura besar menyarankan klien mereka untuk menarik dana.

SVB merupakan bank yang berspesialisasi dalam pembiayaan startup. Pada saat pertumbuhannya menjadi bank terbesar ke-16 di AS berdasarkan aset, SVB menginvestasikan dana mereka dalam obligasi jangka panjang ketika suku bunga mendekati nol. Ini mungkin tampak seperti ide yang bagus pada saat itu, tetapi ketika suku bunga naik, harga obligasi jangka panjang itu turun, merusak investasi mereka.

Kegagalan SVB menjadi yang terbesar setelah Washington Mutual bangkrut pada 2008. Saat itu, peristiwa kebangkrutan memicu krisis keuangan yang melumpuhkan perekonomian selama bertahun-tahun.”SVB menawarkan layanan keuangan dan perbankan untuk membantu, saat Anda memanfaatkan peluang bisnis, meningkatkan modal, melindungi ekuitas, mengelola arus kas, dan mengakses pasar global,” kata sebuah pesan di situs web bank tersebut, yang dikutip New York Post, Senin (13/3/2023).

SVB berdiri sejak 1983, digagas oleh pengusaha Silicon Valley bernama Bob Medearis dan Bill Biggerstaff. Mulanya, mereka mencari cara untuk melayani komunitas perusahaan rintisan alias startup di bidang teknologi, yang pada saat itu tidak memiliki akses ke pembiayaan utang dan layanan perbankan.

Situasi setelah keruntuhan “benar-benar menakutkan”, kata Ethan Cohen-Cole, kepala eksekutif Capture6, sebuah start-up teknologi di Berkeley, California, yang mengembangkan cara menangkap karbon dioksida langsung dari udara. “Pikiran pertama yang muncul adalah: ‘Ini adalah akhir dari perusahaan Anda.'”Namun pada 12 Maret, pemerintah AS mengumumkan akan menjamin simpanan di bank, meyakinkan mantan pelanggannya. Meski lega, Cohen-Cole tidak berpikir ini adalah hal yang benar untuk dilakukan dalam memastikan investasi jangka panjang di perusahaan seperti miliknya. “Mereka melanggengkan masalah,” katanya. Rencana penyelamatan mencakup masalah cash-flow seperti membayar karyawan, tetapi langkah selanjutnya masih belum jelas, katanya, seraya menambahkan bahwa dia ingin melihat pemerintah memperkuat program pinjaman yang ada untuk usaha kecil. Cohen-Cole memperkirakan bahwa investor akan mundur dari berinvestasi di perusahaan kecil, dan ini pasti akan memengaruhi perusahaan rintisan kecil.

sumber:

cnnindonesia.com

nature.com

Divisi Komunikasi dan Informasi

Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi

Universitas Tanjungpura2022/2023


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *