Pada 2019 lalu, Facebook sempat mengatakan berencana untuk memperkenalkan cryptocurrency yang pada saat itu disebut Libra. Token digital ini pada awalnya dimaksudkan sebagai mata uang universal yang digunakan mentransfer uang semudah berkirim pesan. Peluncuran mata uang digital ini telah memperluas jaringan bisnis Facebook bukan hanya jejaring social, tetapi meluas hingga ke e-commerce serta pembayaran digital di tingkat global.

         Hingga saat ini perusahaan ini telah terhubung dengan 28 mitra yang berbasis di Jenewa, Swiss yang disebut Libra Association. Kehadiran asosiasi ini akan mengatur kerja koin digital baru yang akan diluncurkan pada paruh pertama tahun 2020, menurut para para eksekutif. Tetapi setelah menghadapi tentangan kuat dari regulator di seluruh dunia, organisasi yang mengawasi proyek tersebut kehilangan pendukung utama termasuk Visa dan Mastercard. Kelompok tersebut akhirnya mempermudah rencananya, memilih beberapa “stablecoin” atau uang digital yang dikaitkan langsung dengan uang resmi yang diterbitkan bank sentral seperti dolar AS dan Euro.

       Peretasan mengincar asset kripto yang tersimpan didompet digital hingga asset yang disimpan oleh platform bursa cryptocurrency. Untuk meluncurkan mata uang digital ini, Facebook harus rela merogoh kantung lebih dalam sehingga menguras pendapatan dari aplikasi pesan instan milik Facebook. Ini merupakan konsekuensi yang yang sudah terjadi pada aplikasi sosial China seperti WeChat.

Sumber :

– cnnindonesia.com

Divisi Komunikasi dan Informasi
Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi
Universitas Tanjungpura
2020/2021


Administrator

HMSI (Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *