Komunitas tuli di Indonesia, sebagaimana di negara-negara lain, menghadapi berbagai tantangan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Salah satu kendala utama yang sering dialami adalah keterbatasan akses terhadap informasi yang disampaikan secara audio atau melalui bahasa lisan. Di tengah era digital yang semakin berkembang, kebutuhan akan solusi informasi yang inklusif menjadi semakin mendesak. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan ini adalah melalui pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi yang dirancang khusus untuk memberdayakan komunitas tuli serta meningkatkan kesadaran atas komunitas tuli di Indonesia.
Dalam upaya peningkatan kesadaran terhadap komunitas tuli di Indonesia dan peningkatan inovasi teknologi sistem informasi pendukung komunitas tuli tersebut, Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi (HMSI) dan Jurusan Sistem Informasi FMIPA Untan mengadakan SINTA (Sistem Information Academic Training) pertama pada kepengurusan 2024/2025 yang bertemakan “Empowering Deaf Community Through Information System: Solusi Digital untuk Akses Bahasa Isyarat yang Lebih Mudah”. Acara yang diadakan pada tanggal 11 November 2024 ini mengundang Windy Aulia Pratiwi sebagai pemateri yang menyampaikan pengalaman pribadinya sebagai bagian komunitas tuli dan harapannya terhadap inovasi teknologi sistem informasi sebagai penunjang komunitas tuli dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Pada artikel ini, telah dirangkum materi pada SINTA 1 tersebut mulai dari pemahaman akan komunitas tuli di Indonesia, permasalahan yang dihadapi, dan sistem informasi sebagai solusi bagi permasalahan tersebut.
Daftar Isi
Memahami Komunitas Tuli di Indonesia
Komunitas tuli adalah kelompok masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam mendengar atau tidak bisa mendengar sama sekali. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, ada jutaan orang di Indonesia yang mengalami gangguan pendengaran dan sebagian besar dari mereka adalah pengguna bahasa isyarat. Bahasa isyarat di Indonesia, yang dikenal dengan nama Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO), menjadi media utama dalam berkomunikasi sehari-hari bagi komunitas tuli. Namun, minimnya pemahaman masyarakat umum terhadap bahasa isyarat menciptakan kesenjangan komunikasi yang signifikan.
Selain itu, banyak fasilitas publik, institusi pendidikan, hingga layanan kesehatan di Indonesia yang belum sepenuhnya inklusif bagi penyandang tuli. Hal ini menyebabkan komunitas tuli kerap kali kesulitan mendapatkan akses informasi yang penting dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, seperti informasi kesehatan, pendidikan, pekerjaan, serta partisipasi dalam kegiatan sosial.
Permasalahan Utama bagi Komunitas Tuli di Indonesia
- Kurangnya Akses ke Informasi yang Ramah Tuli: Informasi publik yang disampaikan melalui media massa atau pelayanan umum sering kali disampaikan tanpa ada pilihan teks atau interpretasi bahasa isyarat.
- Minimnya Fasilitas dan Inklusi dalam Layanan Publik: Layanan kesehatan, pendidikan, dan pemerintahan umumnya tidak dilengkapi dengan fasilitas penerjemah bahasa isyarat atau alat bantu dengar.
- Keterbatasan Teknologi yang Ramah untuk Pengguna Tuli: Sebagian besar teknologi komunikasi yang ada belum dirancang untuk memenuhi kebutuhan komunikasi komunitas tuli.
- Kurangnya Kesadaran Masyarakat Umum: Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap bahasa isyarat dan kebutuhan komunitas tuli memperbesar jurang komunikasi antara komunitas tuli dengan masyarakat pada umumnya.
Sistem Informasi Sebagai Solusi bagi Komunitas Tuli
Peran teknologi informasi dalam mengatasi tantangan ini sangatlah penting. Sistem informasi dapat dijadikan solusi digital yang memungkinkan komunitas tuli untuk mengakses informasi secara lebih mudah dan inklusif. Dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, beberapa solusi yang dapat ditawarkan untuk membantu komunitas tuli antara lain:
- Aplikasi Penerjemah Bahasa Isyarat: Aplikasi yang dapat mengubah teks atau suara menjadi bahasa isyarat secara real-time, dan sebaliknya. Dengan aplikasi ini, komunitas tuli dapat lebih mudah berkomunikasi dengan orang yang tidak menguasai bahasa isyarat.
- Layanan Teks dan Caption Otomatis: Dengan menggunakan teknologi pemrosesan bahasa alami, layanan teks otomatis pada video atau audio dapat memberikan keterbukaan informasi bagi komunitas tuli.
- Platform Pembelajaran Online yang Inklusif: Platform edukasi yang menyediakan materi dalam format yang ramah bagi komunitas tuli, seperti video dengan bahasa isyarat, teks, dan visual interaktif.
- Notifikasi Visual dan Haptik: Sistem informasi yang dilengkapi dengan fitur notifikasi visual (lampu berkedip) atau getar (haptik) yang bisa memberi peringatan atau informasi tanpa suara.
Inovasi Teknologi Sistem Informasi bagi Komunitas Tuli
Inovasi dalam bidang sistem informasi terus berkembang dan beberapa contoh inovasi terkini yang telah membantu komunitas tuli di berbagai belahan dunia meliputi:
- Real-Time Captioning: Seperti aplikasi Otter.ai dan Google Live Transcribe yang menyediakan teks secara real-time dari percakapan langsung. Hal ini memungkinkan komunitas tuli untuk mengikuti percakapan tanpa perlu memahami bahasa isyarat.
- Virtual Reality (VR) untuk Pembelajaran Bahasa Isyarat: Teknologi VR memungkinkan pembelajaran bahasa isyarat dalam lingkungan interaktif dan menyenangkan. Hal ini membantu orang yang ingin belajar bahasa isyarat berlatih dalam situasi nyata.
- Smart Glasses dengan Captioning: Beberapa perusahaan mengembangkan kacamata pintar yang dapat menampilkan teks percakapan langsung pada lensa kacamata, sehingga komunitas tuli dapat melihat transkripsi percakapan tanpa harus melihat layar lain.
- Sistem Haptic Feedback di Perangkat Wearable: Teknologi haptic feedback memungkinkan perangkat wearable, seperti jam tangan pintar, untuk memberikan getaran sebagai respons terhadap suara tertentu. Misalnya, getaran khusus bisa diatur untuk suara alarm atau panggilan telepon.
Contoh Teknologi Sistem Informasi yang Telah Berkembang di Dunia
Teknologi sistem informasi pendukung komunitas tuli sendiri telah berkembang dan bermanfaat di berbagai belahan dunia. Produk teknologi sistem informasi tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dan kerangka inovasi bagi perkembangan teknologi sistem informasi pendukung komunitas tuli di Indonesia. Beberapa inovasi teknologi yang telah sukses dikembangkan untuk membantu komunitas tuli di berbagai negara antara lain:
- Video Relay Service (VRS): Layanan yang menyediakan penerjemah bahasa isyarat secara online untuk membantu komunikasi antara komunitas tuli dan non-tuli melalui video call.
- App for Deaf Accessibility: Aplikasi seperti Ava dan Sorenson Relay yang menyediakan berbagai fitur aksesibilitas, mulai dari teks otomatis hingga layanan interpretasi bahasa isyarat.
- Notifikasi Visual di Transportasi Publik: Di beberapa negara maju, transportasi publik dilengkapi dengan layar yang memberikan informasi visual tentang pemberhentian berikutnya, perubahan jadwal, atau pengumuman penting lainnya.
- Konseling Kesehatan dengan Dukungan Bahasa Isyarat: Telemedicine atau layanan konsultasi kesehatan secara daring yang menyediakan dukungan bahasa isyarat dan teks untuk pasien tuli.
Sistem informasi memiliki potensi besar untuk memberdayakan komunitas tuli dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif. Melalui teknologi, kita dapat menghilangkan hambatan komunikasi dan menciptakan aksesibilitas yang lebih baik untuk semua. Namun, keberhasilan upaya ini tidak hanya bergantung pada teknologi semata, tetapi juga pada perubahan pola pikir masyarakat. Kesadaran akan kebutuhan komunitas tuli harus terus ditingkatkan melalui edukasi, kampanye publik, dan kolaborasi lintas sektor.
SINTA 1 yang diadakan oleh HMSI dan Jurusan Sistem Informasi FMIPA Untan, dengan tema “Empowering Deaf Community Through Information System: Solusi Digital untuk Akses Bahasa Isyarat yang Lebih Mudah” adalah salah satu langkah awal yang inspiratif untuk mendorong inovasi sistem informasi bagi komunitas tuli. Dengan memahami tantangan yang mereka hadapi, kita semua dapat berperan dalam menciptakan solusi yang lebih baik. Mari kita wujudkan dunia di mana semua orang, tanpa memandang keterbatasan, memiliki hak yang sama untuk mengakses informasi dan berpartisipasi dalam masyarakat. Inovasi adalah kuncinya, dan kesadaran adalah langkah pertamanya. Bersama ciptakan perubahan yang berarti untuk komunitas tuli di Indonesia.
Sumber :
– Unspoken Language Service Blog
– Hand Talk Blog
Divisi Komunikasi dan Infomasi
Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi Universitas Tanjungpura 2024/2025
0 Komentar